Review Film Autobiography
Film Autobiography adalah film pertama yang kami tonton tahun 2023. Film dengan sejumlah prestasi karena diputar di festival film, resmi mendapatkan layar di bioskop tanggal 19 Januari 2023. Seperti apa film berdurasi 115 menit ini?
Disebut-sebut menegangkan dan bahkan lebih serem dari genre horor, kami pikir ini yang jadi daya pikatnya. Padahal sekilas lihat trailer filmnya terasa biasa saja. Ah, kami kebanyakan baca media sosial saja.
Genre Suspense
Sebelum film diputar, sang sutradara yang menyempatkan diri hadir menyebut jika filmnya tidak murni bergenre thriller. Malah melainkan ke arah suspense. Apa itu?
Kami yang tak banyak menonton film akhir-akhir ini tentu merasa bingung meski keduanya hampir mirip, genre suspense dan thriller.
Mengambil referensi dari halaman idntimes.com, genre suspense memang memberikan ketegagan yang sama seperti thriller. Hanya saja tidak seintens thriller.
Jadi, film Autobiography memang membuat penonton pada tegang. Merasakan kesunyian, keheningan dan menebak-nebak apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Jalan cerita
Kita akan berkenalan dengan tokoh utama yang bernama Rakib, pria muda yang diserahi tanggung jawab menjaga rumah yang dilakukan sejak jaman kakek hingga Ayahnya. Awalnya hening, namun mendadak pemilik rumah datang yang merupakan seorang pensiunan tentara.
Alur cerita terus bergerak maju. Rakib pun mulai akrab dengan pak Purna, pemilik rumah. Bahkan, mulai dianggap anak sendiri. Tujuan Pak Purna pulang ke rumah lamanya yang ada di desa ternyata ingin mencalonkan diri sebagai Bupati.
Konflik kecil dari sini mulai dihadirkan yang membawa alur tambah naik. Rasa penasaran berkembang hingga pada titik seseorang yang seharusnya baik-baik saja harus bersimpah darah.
Rakib merasa sangat khawatir dengan keadaannya setelah apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Apalagi Pak Purna bukan sekedar pria tua lemah, namun ada kekuatan militer yang masih ada di belakangnya.
Kekhawatiran inilah yang menjadi sisi menarik film yang ditulis oleh Makbul Mubarak, sekaligus merangkap sutradara. Benar-benar sangat sederhana alur ceritanya.
Siapa yang harus waspada, Rakib atau malah Pak Purna?
Berapa lama bertahan di bioskop?
Sebuah tanggung jawab besar menulis film ini, apalagi mengatasnamakan selera penonton di atas segalanya. Padahal sisi film itu sendiri perlu memberi apresiasi karena memang punya harga diri, maksudnya banyak mendapatkan penghargaan.
Penonton di Kota Semarang memiliki karakter unik yang sulit ditebak. Apabila tidak menarik, pihak bioskop juga kadang malas menayangkan filmnya di tempat mereka.
Bila berharap menonton mendapatkan pengalaman berbeda, film Autobiography bisa jadi referensi. Namun sebaliknya, apabila ingin hiburan semata, sebaiknya nonton sendiri biar bisa menikmati. Nyuruh nonton atau nggak sih??
Dalam perilisannya hari ini, Kamis tanggal 19 Januari, film Autobiography tidak banyak mendapatkan bioskop. Di Kota Semarang bahkan tidak tayang di jaringan 21. Beberapa kota juga cukup terbatas saat kami cek website 21cineplex.com.
Bersyukur, ada Cinepolis yang menayangkan dengan bioskopnya yang berada di Java Mall. Semoga saja, film KawanKawan Media ini bertahan lebih dari satu minggu.
...
Apresiasi dan penghargaan yang didapat dari luar sudah membuktikan film Autobiography bukan film sederhana meski ceritanya juga sederhana sebenarnya. Tegang, yah begitulah.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar