Review Film Miracle in Cell No. 7

Melihat beberapa penonton terharu hingga menangis di sekitar kami, film Miracle in Cell No. 7 bisa dikatakan sukses mengadaptasi film aslinya yang berasal dari Korea Selatan. Kami beruntung bisa menonton film ini, meski kali ini bukan di kota sendiri.

Berat sebenarnya untuk mengulas film yang sudah tahu plot ceritanya buat kami. Kisah sedih dan cerita nyatanya menjadi daya tarik mengapa film ini dapat meraup jutaan penonton di Indonesia.

Oh ya, kami sedang berada di Jakarta. Mengikuti kegiatan peluncuran laptop baru ASUS. Salah satu kegiatannya (setelah launching) adalah nonton bareng. Ya, kami nonton film Miracle in Cell No. 7 di Djakarta Theater XXI. Ini pengalaman pertama kalinya. 😊

Cerita maju mundur

Buat yang belum menontonnya di bioskop, film berdurasi 2 jam lebih ini bakal sedikit membingungkan. Apalagi yang jarang nonton film drama Korea atau movie-nya (sekali tayang).

Awal film, penonton akan disuguhkan cerita masa kini dengan seorang perempuan cantik yang sudah beranjak dewasa. Mawar De Jongh berperan sebagai Kartika, tokoh utama dalam cerita yang menjadi pusat segalanya.

Ia ingin mengungkapkan kebenaran dari apa yang terjadi pada ayahnya yang dipenjara. Mendadak alurnya berubah, penonton diajak melihat sosok Kartika masih anak-anak yang hidup bersama ayahnya. 

Vino G. Sebastian didapuk sebagai Dodo Rozak yang menjadi Ayah dengan segala keterbatasannya sebagai manusia. Untuk cerita ini, cukup panjang yang menjadi alur utama dalam film.

Berusaha tidak menangis

Meski kesannya yang kami tahu adalah sisi sedihnya karena si Ayah Kartika menjalani hukuman mati yang didapat karena permainan oknum, gelak tawa juga tak bisa disingkirkan dalam aktivitas yang banyak dilakukan di dalam penjara.

Bisa dilihat dari daftar pemain yang ikut ambil bagian seperti Indro Warkop, Tora Sudiro, Rigen, Indra Jegel, dan 2 nama yang sedikit mengejutkan.

Coki Pardede yang sempat tenggelam mendadak tampil dalam film. Sahabatnya, Tretan Muslim bukan saja ikut ambil bagian. Perannya sebagai polisi jahat cukup memberi kejutan juga.

Sampai pada titik di mana penonton akan merasa sangat sedih karena perpisahan Kartika dengan si Ayah yang akan dipindahkan ke penjara lain. Kami tahu alasan orang-orang merasa sedih akhirnya. Perpisahan memang menyedihkan.

Kami sendiri berusaha tidak ikut merasa terharu atau sampai menangis. Meski sedikit sulit karena suara Kartika memang berhasil membuat hati terluka. 

...

Cerita kembali menjadi normal dengan suasana persidangan. Sebuah perjuangan untuk membersihkan nama dari jerat hukum yang salah sasaran. Kartika dewasa berhasil memenangkan persidangan meski sang Ayah sudah tidak berada di sampingnya lagi.

Falcon Pictures kembali sukses dengan produksi filmnya kali ini. Apalagi ada nama Hanung Bramantyo yang didapuk sebagai sutradara. Film rekomendasi untuk ditonton bersama keluarga.

Di Kota Semarang, film Miracle in Cell No. 7 sukses menguasai seluruh bioskop pada hari kedua.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Aku nangis pas pertama nonton, tapi udah kedua kalinya yg di acara ASUS kemaren sih udah ga nangis karena udah tau ceritanya jadi udah ga kaget gitu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tayang Perdana di Kota Semarang, Film Bila Esok Ibu Tiada Sukses Kuasai Seluruh Bioskop

Film Bila Esok Ibu Tiada Jadi Film Box Office Ke-18 Usai Tembus 1 Juta Penonton Dalam 3 Hari Penayangan

Puang Bos, Film Ke-12 yang Tayang Terbatas Tahun 2024

Jadwal Bioskop Semarang: Kamis Minggu Kedua Bulan November 2024, Ada 2 Film Baru dan 1 Terbatas

Foto Oktober 2024 : Banner Film Tebusan Dosa di Jalan Pemuda Semarang