Ironi Solata di Bioskop Semarang: Dijuluki 'Laskar Pelangi Toraja' Tapi Kalah Sama Film Horor
Awal November 2025, bioskop di Kota Semarang kembali menunjukkan pola yang sama: absennya film Indonesia berkualitas. Sudah tiga judul yang rilis terbatas, termasuk Solata yang seharusnya jadi oase. Mengapa film yang disebut-sebut 'Laskar Pelangi-nya Toraja' ini harus bernasib pilu? Di tengah gempuran film horor dan blockbuster Hollywood, Solata justru jadi korban ironis: Kisah inspiratif tentang pendidikan terpencil yang relevan, tapi kesulitan merebut slot layar. Kami harus akui, karakter penonton Semarang memang unik—bukan hal baru, dan sepertinya sulit berubah. Pengelola bioskop lokal , entah di XXI Paragon atau NSC Mangkang, seolah sudah menggarisbawahi preferensi ini: selalu prioritaskan film yang cepat hype , seperti Kuncen atau Predator: Badlands . Padahal, jika filmnya benar-benar ngeklik , antrean bisa membludak. Sayangnya, Solata kali ini kalah saing dengan magnet film yang lebih "instan" menarik massa. Oase di Tengah Banjir Film Horor November: So...