Review Film Inang

Film yang memadukan genre horor dan thriller ini sukses menguasai bioskop Kota Semarang hari kedua setelah rilis. Apakah Inang sukses menebeng genre horor yang tahun ini betapa disukai. Bagaimana filmnya, apakah semenarik itu?

Membawa cerita mitos yang begitu dipercayai soal hari lahir, film yang disutradarai Fajar Nugros mempertemukan Naysilla Mirdad dengan ibunya, Lydia Kandou. Dua latar belakang ini sudah mampu menarik perhatian penonton seharusnya.

Kehamilan dan gaya hidup

Tidak seperti harapan yang diinginkan ketika menonton film horor tegang diawal, film berdurasi 116 menit ini berjalan sangat pelan. Bahkan jika jeli, penonton sudah mengetahui maksud dari filmnya yang sudah diceritakan di awal.

Tokoh utama harus dihadapkan dengan dilema yang diperankan Naysilla Mirdad tentang dirinya yang diketahui hamil. Sayangnya, keinginannya tidak tercapa agar pasangannya mau bertanggung jawab.

Seakan memberitahu tentang bagaimana gaya hidup yang sekarang berkembang di masyarakat, penonton diperlihatkan seperti apa kehidupan nyata bekerja.

Dari waktu ke waktu, tekanan batin dan lingkungan yang tidak mendukung membuat tokoh utama sangat menyesali apa yang terjadi. Marah, kesal dan menangis.

Sebuah pertolongan

Hampir setengah jam cerita berjalan langgeng tanpa adanya suara yang mengaggetkan jantung. Di mana horornya? Mana hantunya? Seremnya di mana? 

Film besutan rumah produksi IDN Pictures ini menghancurkan ekspetasi tinggi kami tentang film bergenre horor yang saat ini begitu riuh. Apakah ada yang salah? 

Ketika rasa frustasi juga menyelimuti tokoh utama, mendadak saja alur cerita ikut berubah. Ini film tali kasih?  Ada suami istri yang diperankan Rukman Rosadi dan Lydia Kandou yang menjadi penyelamat tokoh utama.

Bukan saja menawarkan solusi, tapi juga tempat yang nyaman buat si tokoh utama yang menginginkan bayinya tetap lahir. Beberapa perempuan mungkin tidak menginginkan hal tersebut.

Ritual Pengorbanan

Karena rasa frustasi dan harapan baru, tokoh utama akhirnya mengambil kesempatan tersebut. Akhirnya ia tinggal bersama suami istri tersebut di tempat yang cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Entah kenapa, rasanya ini menyenangkan. Sampai-sampai kami lupa ini film horor. Tokoh utama mendadak saja mendapatkan tempat yang layak dan dilayani dengan sangat baik.

Dibalik niat baik suami istri tersebut, perlahan alur cerita kembali menggelut. Ya, ya... ini yang dinantikan. Musik yang mulai menakutkan, tatapan mata yang jahat, dan malam yang yang menyembunyikan makhluk tak kasat mata.

Perlahan tapi pasti, ekspetasi kami kembali. Seperti sebuah tebakan, ceritanya bakal tak jauh dari ritual pengorbanan. Tidak mungkin ada orang baik di dunia ini yang tanpa maksud kata pikiran kami yang berbicara.

Tidak terduga

Skenario di otak kami mengatakan alurnya bakal seperti ini dan seperti itu. Namun kembali lagi dijatuhkan, kehadiran anak si suami istri yang diperankan Dimas Anggara kembali membuat alur cerita jadi sederhana.

Gagal lagi deh menaikkan tensi cerita. Seorang Dimas Anggara yang sebagian besar filmnya kebanyakan tentang romantis, mendadak saja masuk ke dalam cerita. Apakah nanti mereka cinta lokasi dan menjadi suami dari anak si tokoh utama?

Tokoh lain yang sebenarnya adalah kunci dari semua yang akan terjadi nanti. Benar-benar tidak terduga bahkan akhir filmnya pun seolah dilakukan dengan sengaja.

Jalan yang salah 

Dua bagian cerita yang meski bertolak belakang namun punya satu kesamaan, yaitu cinta kepada orang tua yang begitu besar. Sayangnya kedua bagian tersebut mengambil jalan yang salah untuk menyebut mereka adalah yang begitu menyayangi.

Kita diberitahu meski di era modern sekarang, masih ada hal tradisional yang diyakini sebagian masyarakat dalam mengejar harapan. Entah itu tentang kekayaan, kesehatan atau kehidupan kekal.

...

Apa yang terjadi? Filmnya selesai dengan harapan yang tidak begitu kami harapkan. Selera penonton tentu berbeda-beda. Ada sesuatu yang hilang rasanya. Apakah karena tidak begitu kuat karakternya atau kurang tawa saja kami rasakan? Semoga saja bukan itu.

Hingga artikel ini terbit, film Inang yang sudah berjalan 20 hari masih belum tembus 1 juta penonton. Kisaran 700 ribuan masih (via filmindonesia.or.id)

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tayang Perdana di Kota Semarang, Film Bila Esok Ibu Tiada Sukses Kuasai Seluruh Bioskop

Film Bila Esok Ibu Tiada Jadi Film Box Office Ke-18 Usai Tembus 1 Juta Penonton Dalam 3 Hari Penayangan

Puang Bos, Film Ke-12 yang Tayang Terbatas Tahun 2024

Jadwal Bioskop Semarang: Kamis Minggu Kedua Bulan November 2024, Ada 2 Film Baru dan 1 Terbatas

Foto Oktober 2024 : Banner Film Tebusan Dosa di Jalan Pemuda Semarang