Review Film KKN di Desa Penari

Dibalik trending topik Twitter film KKN di Desa Penari yang sebelum dirilis maupun saat dirilis, beragam pendapat mewarnai film yang sudah ditunggu-tunggu selama 2 tahun. Wajar sih. Tapi mending kamu buktikan sendiri saja dengan memesan tiketnya sekarang.

Mungkin kami seperti orang-orang pada umumnya yang ingin menyaksikan film yang berdurasi 2 jam lebih ini. Separuh informasi sudah kami tahu alur ceritanya (karena viral), lalu bagaimana dengan filmnya?

Masuk dalam cerita

Kami bukan pengamat atau kritikus yang berpengalaman dengan banyak menonton film yang membuat pendapat kami seakan adalah benar atau diikuti.

Ketika sudah duduk di dalam studio, suasana yang ramai sebelum film dimulai tidak mengganggu perasaan kami yang tenggelam dengan rasa penasaran. 2 jam, oke. Mari kita ikuti alurnya.

Pemandangan indah dengan hutan dan gunung yang ditampilkan sangat memanjakan mata dan membuat kami menebak-nebak, apakah ini di Jawa Tengah?? 

Tak selang beberapa lama, kami sudah berada dalam suasana tegang. Sayangnya, kemudian alurnya mulai melambat. Kami ikut tenggelam dalam cerita dan seolah memikirkan andai kami ada di sana.

Karakter

Hutan, pedesaan, tarian adalah paket komplit dalam sebuah film yang punya tujuan mengangkat wisata. Sayangnya, tidak demikian. Setelah semua tiba di desa, berbagai macam karakter pemain mulai ditunjukkan.

Bahkan, kami terpesona dengan wajah Widya yang diperankan Adinda Thomas yang berulang kali berada dalam suasana terpuruk. Lama-lama wajahnya mirip aktris Korea yang bernama Uee. 

Tissa Biani yang memerankan Nur paling menonjol, apakah karena ia bintang utamanya? 

Meski ada karakter yang mencuri perhatian dengan membuat suasana tegang menjadi riang (baca ketawa), kami terkejut dengan Diding Boneng yang turut bermain. Entah kenapa aktor senior ini berhasil memerankan karakternya menurut kami.

Penasaran

Bagaimana bila cerita itu terjadi kepadamu? Apakah kamu bakah khawatir atau lupakan dan segera keluar setelah film usai.

Film KKN di Desa Penari kami pikir sangat sukses membangun rasa penasaran penonton yang akhirnya orang-orang berbondong-bondong menontonnya.

Meski akhirnya kami lega karna penggambarannya menurut kami berhasil diterjemahkan, tetap saja film ini masih membuat penasaran. Ini cerita nyata? Kira-kira, di mana desanya. Apa kabar orang-orangnya?

...

Hingga tulisan ini terbit hari ini, satu hari setelah menonton pada hari rilis, filmnya masih menempel di dalam ingatan. Apakah ini artinya sukses? Kami rekomendasikan untuk ditonton.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tayang Perdana di Kota Semarang, Film Bila Esok Ibu Tiada Sukses Kuasai Seluruh Bioskop

Film Bila Esok Ibu Tiada Jadi Film Box Office Ke-18 Usai Tembus 1 Juta Penonton Dalam 3 Hari Penayangan

Puang Bos, Film Ke-12 yang Tayang Terbatas Tahun 2024

Jadwal Bioskop Semarang: Kamis Minggu Kedua Bulan November 2024, Ada 2 Film Baru dan 1 Terbatas

Foto Oktober 2024 : Banner Film Tebusan Dosa di Jalan Pemuda Semarang