Review Film Sah! Katanya...
Kami langsung jatuh cinta pada sosoknya yang berperan sebagai Marni, anak bungsu dari keluarga Dipo yang jadi central kisah film berdurasi 124 menit ini. Film yang dirilis di minggu terakhir bulan April ini penuh tawa dengan balutan kesedihan yang membuat siapa saja akan teringat orang yang dicintai pergi.
Halo, Nadya Arina. Meski hanya di film, sosoknya menjadi idola kami karena wajahnya yang ditampilkan dengan perawakan polos dan manis. Benar kata Marno, siapa pun akan jatuh cinta pada sosok Mar.
Kisah sederhana
Akhirnya kami dapat menonton film lagi ke bioskop usai berhasil mengamankan tiket yang diberi cuma-cuma oleh pihak film yang melakukan promosi. Kami senang dengan cara yang mereka lakukan. Nanti kami ceritakan di halaman lainnya.
Film Sah! Katanya... dilihat posternya, pasti terlihat jenaka. Ditambah sosok yang berada di depan mempelai, apakah film yang disutradarai Loeloe Hendra dan Sidharta Tata ini akan membungkus dengan cerita horor?
Ternyata, tidak. Suasana perkampungan yang dijadikan latar film dengan menonjolkan sisi Jogja sebagai acuan memberi pandangan bagaimana film ini hanyalah cerita sederhana.
Kepala keluarga mendadak meninggal. Semua anak akhirnya berkumpul kembali. Seharusnya prosesi pemakaman dapat dilakukan segera dan hal biasa. Hanya saja, ada permintan almarhum kepada salah satu anaknya yang membuatnya tidak sesederhana keliatannya.
Wasiat yang menyebutkan Marni harus menikah dengan sosok yang asing tapi memiliki latar yang dapat mengubah keluarganya seketika.
Padahal Mar sudah punya kekasih yang sudah berniat akan melamarnya. Semua serba berantakan dan pecah. Hidup Mar mendadak berubah 180 derajat.
Ingin rasanya memeluk kesedihan, tapi
Kami harus mengucapkan rasa terima kasih kami kepada pihak film karena bisa menonton film yang penuh makna dan tawa. Kami tidak menyangka mereka mengerjakan proyek ini dengan sangat apa (bangga maksudnya).
Awal-awal film, kami dibuat penuh tawa yang tanpa sadar mengingatkan kami dengan film luar 'American Pie' dari sisi komedinya. Ya, hal-hal sederhana yang ternyata dapat membuat kami tertawa dan bahkan, mengumpat kata-kata sedikit kotor.
Namun suasana bahagia tersebut sulit dipertahankan karena kisah utamanya adalah kematian seseorang dan sedang berduka. Perasaan kami dipaksa naik turun untuk tidak berlarut-larut dalam tiap momen.
Kekaguman kami terhadap sosok Mar yang menjadi anak bungsu membuat kami ingin sekali memeluknya. Mar begitu tegar menghadapi segala hal yang terjadi sekitarnya. Bahkan, menuruti wasiat terakhir dari almarhum Ayahnya.
Mar yang memiliki cita-cita dan orang yang sudah dicintai tak pernah menyangka bahwa Ayahnya meninggal tanpa sempat berada di sampingnya saat di rumah sakit.
Pilihan
Saat tawa dan sedih menjadi satu, kami sungguh berharap pilihannya tetap pada Marno yang diperankan Dimas Anggara yang akhirnya kembali ke layar lebar lewat film ini.
Mar bukan sekedar cantik dari parasnya yang merupakan ciri khas bunga desa. Tapi, entah kenapa kami membayangkan jika Mar bekerja sebagai pramugari, dirinya lebih dari sekedar kata cantik namun indah.
Memang Mar memiliki pacar bernama Mas Adi yang diperankan Calvin Jeremy. Hanya saja sosoknya sebagai pria yang begitu baik tidaklah cocok menurut kami. Terlalu baik itu semacam dosa menurut kami. Haha..bercanda.
Akhirnya seperti yang terjadi pada poster filmnya, Mar menikah dengan Marno di depan mayat almarhum. Pernikahan tanpa cinta dan hanya bagian kesetiaan pada wasiat.
Namun, kami berharap ceritanya tidak sekedar selesai mereka menjadi suami istri saja. Dan benar, sedikit konflik untuk keduanya agar dapat saling mencintai.
...
Film Sah! Katanya... membuat kami lupa akan persoalan hidup karena penuh jenaka. Namun disisi lain, kami diingatkan tentang orang yang juga dicintai telah pergi.
Ingin sekali kami menangis di tempat duduk kami, apalagi saat Mar memakan pukis cokelat pesanan Ayahnya. Memang kami tidak dapat menahan rasa sedih, tapi lagi-lagi kemudian, kami tertawa. Ah, sial! Ngomong dalam hati sambil tertawa terbahak-bahak.
Mari pergi ke bioskop, dan katakan kepada kami tentang sosok Mar. Apakah semenarik itu seperti yang kami katakan?
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar