Hari Film Nasional 2025: Setelah Film Indonesia Jadi Tuan Rumah, Lalu?
Sedikit terlambat menyadari jika Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30 Maret sudah terlambat kami ucapkan. Dan juga, tahun ini kami tidak menuliskannya di blog utama. Apakah kehabisan bahan tulisan?
Rasanya kami ingin membiarkannya berlalu begitu saja. Namun karena sebuah artikel yang dipublish di laman detik.com, mendadak kami jadi terinspirasi.
Judul tambahan Hari Film Nasional datang dari postingan tersebut yang rupanya ditulis oleh Ervan Ismail, Ketua Komisi II Lembaga Sensor Film.
Setelah jadi tuan rumah, lalu apa?
Kalimat ini yang menyentak kami untuk menjadikannya tema di Hari Film Nasional yang sekarang rasanya tak perlu seperti dulu kami perjuangkan.
Dulu saat kami hadir dengan nama Kofindo, kami berusaha mengajak muda-mudi Kota Semarang untuk pergi ke bioskop. Dari sekedar nonton bersama hingga terlibat diskusi yang membahas tentang film Indonesia.
Kata 'Tuan Rumah' menjadi pelecut kami semua saat itu. Karena kita tahu bahwa film Indonesia masih seperti anak tiri yang terpinggirkan apabila ada film Hollywood yang tayang. Meski masih juga terjadi sekarang.
Namun seiring waktu berjalan, mengutip dari tulisan halaman detik.com yang dipublish tanggal 30 Maret tersebut, tahun 2024 adalah puncak kebangkitan film nasional. Di mana film layar lebar nasional yang berjumlah 285 judul telah melampaui jumlah film impor sebanyak 255 judul yang diputar di bioskop Indonesia.
Tentu, itu adalah kebanggaan tersendiri. Apalagi jumlah penonton film Indonesia di Indonesia tahun tersebut memecahkan rekor sepanjang masa dengan 81 juta penonton. Mari menepuk dada, itu adalah sebuah prestasi!
Di sini, sajian utama yang menarik mengapa akhirnya kami menulis ini. Film Indonesia sudah bisa dikatakan sukses menjadi tuan rumah di negeri sendiri, pertanyaannya kemudian adalah...
Selanjutnya apa?
Dalam tulisannya, beliau (Ervan Ismail) menuliskan apakah berikutnya akan jadi tamu terhormat di negara lain? Banyak film Indonesia di kancah festilval film mancanegara menunjukkan bahwa film-film kita mampu bersaing.
Bahkan, beberapa pemeran dari Indonesia seperti Iko Uwais dan Joe Taslim sudah kebagian peran dalam beberapa film Hollywood. Termasuk lokasi syuting yang menggunakan latar negeri kita, Indonesia.
Lalu, apa jawabannya?
Saat kami membaca berulang-ulang, beliau tak memberikan jawaban pasti dalam artikelnya. Namun tantangan yang dihadapi film Indonesia yang ingin diterima di negeri lain. Sebut saja penghargan Oscar yang selalu menjadi berita tiap diselenggarakan.
Film Indonesia yang ingin dikirim untuk dinominasikan penghargaan tidak sekedar mendapatkan banyak animo masyarakat di negeri sendiri, tapi juga sudah pernah tayang di bioskop. Belum lagi regulasi yang akan menjadikan perizinannya semakin ribet.
Apa yang disampaikan beliau memang sangat menarik buat kami. Tentu, kami hanya sedikit menyadurnya. Detailnya bisa kamu lihat tentang apa yang beliau pikirkan di halaman detik di sini.
Tema Hari Film Nasional 2025
Langkah film Indonesia yang sudah nyaman sebagai tuan rumah di negeri sendiri mari kita tetap banggakan dan berharap para sutradara dan produser terus memberikan kualitas pada karya-karya yang akan dibuat.
Ngomong-ngomong soal tema Hari Film Nasional tahun ini, saat kami cari di Google, ternyata sudah didengungkan oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) sejak dari bulan Februari kemarin.
Dalam lamannya yang beralamat bpi.or.id, di sana ditulis bersamaan Peluncuran Logo Hari Film Nasional. Tagline atau temanya sendiri adalah Sejuta Kisah, Satu Indonesia.
Tagline tersebut menegaskan bahwa film adalah ruang kolaborasi bagi semua pihak-filmmaker, penonton, akademisi, industri, dan pemerintah - untuk bersama-sama memperjuangkan kemajuan perfilman Indonesia.
Sepertinya kami masuk kategori penonton?
...
Selamat Hari Film Nasional 2025 yang tahun ini berusia ke-75 tahun. Semoga tahun depan kami tidak terlambat lagi mengucapkan ucapan kepada film Indonesia.
Film Indonesia butuh strategi besar. Tidak sekedar mendapatkan jumlah penonton banyak saja. Belajar dari Korea yang bisa mampu memaksimalkan segala aspek, terutama dari sisi budaya.
Apakah ada bagi-bagi tiket gratis lagi seperti tahun 2024?
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar