Review Film Hotel Sakura: Horor Psikologis yang Bikin Penasaran di Semarang
Hotel Sakura (rilis 10 Juli 2025) bukan sekadar film horor biasa. Dibungkus nuansa sejarah dan psikologis, film ini mengajak penonton menyelami misteri yang bikin kepala penuh tanya. Di balik atmosfer mencekamnya, ada keunikan budaya dan sentuhan lokal Semarang yang bikin kami, sebagai penonton, merasa dekat sekaligus merinding. Tapi, apakah film ini benar-benar berhasil mencuri perhatian di tengah gempuran film lain? Mari kita ulik!
Cerita Lambat, Tapi Penuh Misteri
Hotel Sakura berdurasi 1 jam 40 menit, mengusung cerita Sarah (Clara Bernadeth), mahasiswi yang diterpa rasa bersalah atas kematian ibunya. Trauma ini mendorongnya mencari cara gaib untuk "bertemu" ibunya kembali, dibantu sahabatnya, Nida (Taskya Namya), dan saran misterius dari Aldo (Randy Martin).
Petualangan mereka di sebuah hotel tua di Semarang membuka gerbang dunia lain, menghadirkan Setsuko, hantu Jepang yang penuh dendam.
Sayangnya, alur film ini terasa lambat di paruh awal. Cerita terasa monoton, dengan beberapa momen berulang yang bikin penonton bertanya, “Mau dibawa ke mana ini?” Meski begitu, ketegangan mulai terbangun di babak kedua, diiringi musik yang bikin jantungan dan plot twist yang memicu debat seru usai film selesai.
Ending-nya? Bikin penasaran, sekaligus sedikit bikin frustrasi karena ambigu. Tapi, justru di situlah letak pesonanya—penonton diajak berpikir dan berdebat: “Sebenarnya apa sih yang terjadi?”
Akting dan Karakter yang Bikin Cerita Hidup
Clara Bernadeth sebagai Sarah berhasil menyampaikan beban emosional yang dalam, meski kadang terasa terlalu fokus pada rasa bersalahnya. Taskya Namya sebagai Nida jadi penyeimbang dengan vibe ceria dan penuh semangat, membuat dinamika duo ini menarik. Randy Martin sebagai Aldo membawa aura misterius yang bikin penonton curiga sekaligus penasaran, meski perannya terasa kurang dieksplor.
![]() |
Donny Damara |
Kehadiran aktor senior seperti Donny Damara dan Tio Pakusadewo menambah bobot film. Sayang, peran Donny terasa terlalu kecil untuk talenta sekelasnya—mungkin ini salah satu “ruang kosong” yang bisa dieksplor lebih dalam, seperti judul filmnya sendiri yang terasa punya potensi lebih. Naskah karya Upi Avianto dan Ian Adiwibowo memang berani, tapi eksekusinya kadang terasa kurang mulus.
![]() |
Tio Pakusadewo |
Semarang dan Nuansa Lintas Budaya
Salah satu daya tarik Hotel Sakura adalah latar Semarang yang kental. Beberapa lokasi syuting, seperti bangunan tua yang familiar bagi warga lokal, bikin kami tersenyum bangga.
Film ini terinspirasi dari kisah nyata sebuah hotel tua di Semarang, bekas markas Belanda dan Jepang, yang konon angker. Meski produser Fadi Iskandar enggan membeberkan lokasi persisnya, kami yakin warga Semarang pasti bisa menebak-nebak spot yang dimaksud.
Yang bikin film ini beda adalah perpaduan budaya. Bukan pocong atau kuntilanak, melainkan Setsuko, hantu Jepang yang terinspirasi dari legenda urban Semarang dan tragedi penjajahan 1945.
Penampilan Setsuko memang singkat, tapi cukup bikin bulu kuduk berdiri, apalagi dengan tata rias mencekam dan dentuman musik yang tepat sasaran. Nuansa sejarah Jepang, termasuk kisah prajurit yang menolak menyerah pasca-Hiroshima dan Nagasaki, menambah kedalaman cerita, meski kadang terasa kurang tergali.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
- Atmosfer horor psikologis yang kuat, dengan plot twist yang memicu diskusi.
- Latar Semarang dan sentuhan sejarah yang bikin penonton lokal merasa “nyambung”.
- Akting Clara dan Taskya yang solid, ditambah pesona aktor senior.
- Setsuko sebagai hantu lintas budaya, menawarkan horor yang segar.
Kekurangan:
- Alur lambat di awal, dengan beberapa momen monoton yang bikin sabun terasa lebih licin.
- Ending ambigu yang bisa bikin bingung, meski mungkin disengaja.
- Persaingan ketat dengan film lain, apalagi horor lokal belakangan ini kurang bersinar di bioskop Semarang.
Layak Ditonton?
Di tengah gempuran film Hollywood, Hotel Sakura berani tampil beda dengan horor psikologis yang sarat misteri dan sentuhan lokal. Meski alurnya tak selalu mulus, film ini sukses bikin penonton keluar bioskop dengan kepala penuh tanya dan obrolan seru.
Buat warga Semarang, ini kesempatan emas untuk melihat kota kita jadi bintang di layar lebar. Masih tayang di Mangkang dan DP Mall, jadi buruan ke bioskop sebelum kelewatan! Siap-siap merinding dengan Setsuko, dan mungkin, sedikit tertawa di adegan kuburan yang “nggak sengaja” lucu.
...
Saat kami merilis artikel ini, film Hotel Sakura sudah turun di bioskop XXI (DP Mall). Tinggal bioskop NSC Mangkang. Buruan pesan tiket jika penasaran karena khawatirnya ikut segera turun juga.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar